Karena sifatnya yang radikal

25 Bermain, Sekolah, dan Mengay PENDIDIKAN AGAMA SECARA TRADISIONAL DI SURAU TANDA-TANDA umum orang Minangkabau adalah mereka punya suku, kampung halaman, punya sasok jarami (sawah- ladang), punya tanah ulayat kaum sebagai pusaka, punya rumah gadang, punya pandam kuburan (kompleks pusara) untuk satu kaum.

Selain itu masyarakat Minang yang komunal terkenal sebagai masyarakat yang unik, yang memadukan nilai-nilai adat dan agama (Islam).

Peribahasa adat mengatakan, Syarak mangato,adat mamakai (Agama menggariskan, adat men- jalankan).

Bahwa agama larut dalam adat, menjiwai dan mewarnai adat, tercermin dalam sistem sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat Minang tradisional di negari yang ber- intikan kehidupan kaum.

Karena itulah tiap negari punya masjid, itu salah satu persyaratan sebuah negari.

Last but not least, tiap kaum harus punya surau (langgar tradisional).

Tiap kaum punya orang malin (ulama).

Last but not least, tiap kaum harus punya surau (langgar tradisional)

Dan ulama (malin) adalah salah satu unsur kepemimpinan kaum.

Kedudukan mereka dikukuhkan dengan gelar adat, biasanya diawali Katik (Khatib), Labai, Imam, Pakih atau Tuanku.

Ulama, dalam pepatah adat disimbolkan sebagai suluah bendang dalam nagari (suluh benderang dalam negari) Dahulu, kalau perlu ulama pun ikut sebagai pendamping dalam kerapatan ninik mamak di balairung.

Itu kalau pem bicaraan ninik mamak berkaitan dengan soal-soal agama.

Di Lawang dulu juga dikenal Angku Kali nan Barampek.

Yakní para kadi dari masing-masing suku (Caniago, Tanjung, Pili dan Sikumbang) untuk acara akad nikah Masjid negari, dalam hal-hal Masjid Alam di Lawang, adalah untuk salat Jumat sekali seminggu.

Dulunya juga untuk salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Baik pemeliharaan mas maupun penataan acaranya diatur menurut kesepakatan alim ulama dari empat suku senegari.

Dahulu, yang jadi Imam d tu kaum dipimpin oleh mamak Gaki-laki), ada mamake adat, mamak ibadat, cerdik Jenis) (mamak rumah), rumah pandai dan dubalang, yang lazim disebut Urang Ampek Jinih (Pimpinan Empat mamak-mamak mulai dari tingkat dan lingkungan kelua gadang atau jurai (tungganai) ingkungan negari.

Mamak adat mengisi kewajiban dan mengurus um (penghulu), suku (penghulu sejinjingan) dan soal-soal adat.

Bermain, Sekolah, dan Mengap di Lawang.

Permi, adalah partai radikal yang berazaskan Islam dan Kebangsaan, satu-satunya partai pada zaman pergerakan yang pusatnya di l Karena sifatnya yang radikaluar Jawa, yaitu kota Permi dibentuk oleh para alumni Sumatra walib.

 Karena sifatnya yang radikal

Karena sifatnya yang radikal, Permi hanya hidup dalam waktu pendek (1930-1933) sebab para pemimpinnya Padangpanjang.

I ditangkap dan dibuang.

Tokoh Permi Djalaluddin Thaib, Mochtar Luthfi, dan Iljas Jakoeb diasingkan Pemerintah Belanda ke Boven Digul, desa sarang malaria tersuruk di pedalaman Merauke, Irian Jaya.

Sedangkan A.

Gaffar Ismail, Rasimah Ismail dan Rangkayo Rasoena Said tak boleh tinggal di Sumatra Barat.

Mereka dibuang ke Semarang.

Tetapi pengaruh Permi cukup besar di Sumatra Barat.

Surau kami jadi sentra pegerakan partai tersebut untuk daerah Kecamatan Matur, karena itu menjadi sasaran empuk hamba wet (intel) kolonial Bila ada openbaare vergadering di surau itu selalu ditong- krongi polisi intel Belanda di bawah mimbar yang mendengar dan mencatat pidato agitasi tokoh partai.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Box : Resep Steak Lada ala Meksiko

Catering Jogja Murah : Saus Makanan Penutup Buah Pedas Kering